Kamis, 10 Mei 2012

Toleransi Tanpa Kehilangan Shibghah

Telah banyak kita deangar diskursus menganai toleransi beragama. Sebenarnya hal ini bukanlah wacana baru atau produk modern yang seharusnya tak perlu dikaji berulang kali apalagi sampai merisaukan masyarakat karena toleransi antar umat beragama sebanarnya telah lama diajarkan tauladan kita, Nabi Muhammad saw 14 abad yang lalu.
Dalam kehidupannya, Rasululllah tidak pernah membeda-bedakan antara muslim dan non muslim dalam hal berbuat baik. Toleransi yang beliau ajarkan seperti saat beliau memotong kambing, beliau selalu membagikannya pada tetangganya termasuk orang-orang yahudi. Contoh lainnya seperti kisah terkenal tentang orang buta yahudi yang setiap pagi dan sore nabi selalu menyempatkan diri menyuapinya di pasar tanpa orang itu tahu bahwa yang menyuapinya adalah Rasulullah saw. Rasulullah juga pernah menjenguk yahudi yang selalu meludahi beliau karena sangat membenci nabi saat ia sakit mata. Dalam kisah lain disebutkan, saat Rasulullah menghakimi dua orang pezina yahudi, rasulullah bertanya; apakah hukum pezina yang ada dalam taurat? Mereka menjawab: kami mencoreng muka mereka dengan warna hitam dan menaikkan mereka ke atas kendaraan lalu membawanya berkeliling”. Lalu rasulullah berkata:” datangkan kitab taurat itu jika kamu adalah orang yang benar”. Padahal dalam hadis lain menjelaskan bahwa hukum pezina yang ada dalam taurat sama halnya dengan hukum pezina dalam islam ,yakni dirajam. Dari hadis di atas, jelas sekali bagaiman besarnya toleransi islam pada non islam serperti yang diajarkanRasulullah saw. Dan sangat jelas juga kesalahan orang yang menilai islam adalah agama yang tidak toleransi pada agama lain. Seandainya tuduhan mereka benar, rasulullah tak perlu bertanya hukum apa yang seharusnya dijatuhkan pada dua pezina itu, dengan kata lain langsung saja dihukum sesuai yang ada dalam al-Qur’an.
Dalam hal muamalah, Rasulullahlah sosok yang paling baik muamalahnya danpaling toleransi terhadap agama-agama. Tapi berbeda dalam hal akidah, karena tidak ada kompromi dalam akidah. Saat rasulullah diajak kompromi agar mereka bisa ikut serta nabi manyembah allah dan nabi juga harus ikur serta mereka menyembah tuhan mereka, rasulullah menjawab “ lakum diinukum wakiyadiin”. (bagimu agamamu dan bagiku agamaku).
Indonesia, adalah Negara mayoritas muslim yang sangat toleransi terhadap pemeluk agama lain. Gereja dan pure tumbuh dimana-mana kita biasa-biasa saja, non islam beribadah kapan saja kita juga aman-aman saja selama mereka mengganggu umat yang lain. Tapi coba kita tengok di Negara lain yang muslim menjadi minoritas. Para wanita dilarang berjilbab, anak-anak sekolah dilarang sholat disekolah karena tidak boleh memasukkan agama dalam lingkup pendidikan atau pekerjaan. Mereka (barat) menuduh dan memaksa kita tidak toleransi terhadap mereka, tapi bagaimana dengan mereka yang mencemooh wanita-wanita berjilbab?? Menghina nabi Muhammad dengan menyamakannya dengan gambar babi. Apakah itu yang mereka maksud toleransi?? Seperti yang dikatakan fahmi hamid zarkasyi saat seminar PKU lalu, beliau mengatakan “ bagaimana bisa mereka memaksa kita melepas jilbab karena mereka merasa alergi melihat wanita berjilbab, sedangkan mereka memaksa kita melihat mereka telanjang??”. Mereka mengatakan jilbab itu kuno, padahal jika kita telusuri sejarah justru yang kuno adalah mereka yang tidak berjilbab, buka-bukaan dan berdandan menor (berlebihan) seperti yang dilakukan orang-orang jahiliyah yang kebiasaan itu ada sebelum islam datang. Dan ini jelas lebih kuno.
Saking tolerannya orang islam, sampai-sampai dalam hal akidah kita diminta untuk menyamakan semua agama. Mereka menjejeli kita dengan ungkapan “semua agama benar”, “tak ada agama yang salah, karena semua agama sama-sama menuju Tuhan”. ini adalah pandangan orang-orang yang tidak beragama atau minimal mereka yang bingung dengan agama yang dianutnya. Islam memang menghargai perbedaan beragama dan membebaskan kita dalam memilih agama “لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ “. Tapi jika kita telah memilih agama tertentu, berarti kita terikat dengan ajaran agama yang kita pilih. Jika kita memilih islam, berarti kita harus sesuai dengan pemahaman islam “إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ”  (Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam).

kl kita menganggap semua agama benar, maka implikasinya 1) brati kita juga menganggap tidak adaorang kafir spt yang banyak terdapat dalm al-qur'an. 2) boleh nikah beda agama, 3) gag perlu lagi ada kara dakwah, n berarti perjuangan Nabi untuk ngajak org berislam hanya basa-basi, 4,5,6) DLLLL.....^^

26 March 2012

0 komentar:

Posting Komentar

Pengikut

About

Blogroll

Diberdayakan oleh Blogger.

Total Tayangan Halaman

Pages - Menu

Kamis, 10 Mei 2012

Toleransi Tanpa Kehilangan Shibghah

Telah banyak kita deangar diskursus menganai toleransi beragama. Sebenarnya hal ini bukanlah wacana baru atau produk modern yang seharusnya tak perlu dikaji berulang kali apalagi sampai merisaukan masyarakat karena toleransi antar umat beragama sebanarnya telah lama diajarkan tauladan kita, Nabi Muhammad saw 14 abad yang lalu.
Dalam kehidupannya, Rasululllah tidak pernah membeda-bedakan antara muslim dan non muslim dalam hal berbuat baik. Toleransi yang beliau ajarkan seperti saat beliau memotong kambing, beliau selalu membagikannya pada tetangganya termasuk orang-orang yahudi. Contoh lainnya seperti kisah terkenal tentang orang buta yahudi yang setiap pagi dan sore nabi selalu menyempatkan diri menyuapinya di pasar tanpa orang itu tahu bahwa yang menyuapinya adalah Rasulullah saw. Rasulullah juga pernah menjenguk yahudi yang selalu meludahi beliau karena sangat membenci nabi saat ia sakit mata. Dalam kisah lain disebutkan, saat Rasulullah menghakimi dua orang pezina yahudi, rasulullah bertanya; apakah hukum pezina yang ada dalam taurat? Mereka menjawab: kami mencoreng muka mereka dengan warna hitam dan menaikkan mereka ke atas kendaraan lalu membawanya berkeliling”. Lalu rasulullah berkata:” datangkan kitab taurat itu jika kamu adalah orang yang benar”. Padahal dalam hadis lain menjelaskan bahwa hukum pezina yang ada dalam taurat sama halnya dengan hukum pezina dalam islam ,yakni dirajam. Dari hadis di atas, jelas sekali bagaiman besarnya toleransi islam pada non islam serperti yang diajarkanRasulullah saw. Dan sangat jelas juga kesalahan orang yang menilai islam adalah agama yang tidak toleransi pada agama lain. Seandainya tuduhan mereka benar, rasulullah tak perlu bertanya hukum apa yang seharusnya dijatuhkan pada dua pezina itu, dengan kata lain langsung saja dihukum sesuai yang ada dalam al-Qur’an.
Dalam hal muamalah, Rasulullahlah sosok yang paling baik muamalahnya danpaling toleransi terhadap agama-agama. Tapi berbeda dalam hal akidah, karena tidak ada kompromi dalam akidah. Saat rasulullah diajak kompromi agar mereka bisa ikut serta nabi manyembah allah dan nabi juga harus ikur serta mereka menyembah tuhan mereka, rasulullah menjawab “ lakum diinukum wakiyadiin”. (bagimu agamamu dan bagiku agamaku).
Indonesia, adalah Negara mayoritas muslim yang sangat toleransi terhadap pemeluk agama lain. Gereja dan pure tumbuh dimana-mana kita biasa-biasa saja, non islam beribadah kapan saja kita juga aman-aman saja selama mereka mengganggu umat yang lain. Tapi coba kita tengok di Negara lain yang muslim menjadi minoritas. Para wanita dilarang berjilbab, anak-anak sekolah dilarang sholat disekolah karena tidak boleh memasukkan agama dalam lingkup pendidikan atau pekerjaan. Mereka (barat) menuduh dan memaksa kita tidak toleransi terhadap mereka, tapi bagaimana dengan mereka yang mencemooh wanita-wanita berjilbab?? Menghina nabi Muhammad dengan menyamakannya dengan gambar babi. Apakah itu yang mereka maksud toleransi?? Seperti yang dikatakan fahmi hamid zarkasyi saat seminar PKU lalu, beliau mengatakan “ bagaimana bisa mereka memaksa kita melepas jilbab karena mereka merasa alergi melihat wanita berjilbab, sedangkan mereka memaksa kita melihat mereka telanjang??”. Mereka mengatakan jilbab itu kuno, padahal jika kita telusuri sejarah justru yang kuno adalah mereka yang tidak berjilbab, buka-bukaan dan berdandan menor (berlebihan) seperti yang dilakukan orang-orang jahiliyah yang kebiasaan itu ada sebelum islam datang. Dan ini jelas lebih kuno.
Saking tolerannya orang islam, sampai-sampai dalam hal akidah kita diminta untuk menyamakan semua agama. Mereka menjejeli kita dengan ungkapan “semua agama benar”, “tak ada agama yang salah, karena semua agama sama-sama menuju Tuhan”. ini adalah pandangan orang-orang yang tidak beragama atau minimal mereka yang bingung dengan agama yang dianutnya. Islam memang menghargai perbedaan beragama dan membebaskan kita dalam memilih agama “لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ “. Tapi jika kita telah memilih agama tertentu, berarti kita terikat dengan ajaran agama yang kita pilih. Jika kita memilih islam, berarti kita harus sesuai dengan pemahaman islam “إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ”  (Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam).

kl kita menganggap semua agama benar, maka implikasinya 1) brati kita juga menganggap tidak adaorang kafir spt yang banyak terdapat dalm al-qur'an. 2) boleh nikah beda agama, 3) gag perlu lagi ada kara dakwah, n berarti perjuangan Nabi untuk ngajak org berislam hanya basa-basi, 4,5,6) DLLLL.....^^

26 March 2012

 
Template Indonesia | Goresan Tinta Malam
Aku cinta Indonesia