Sabtu, 19 Mei 2012

Etika Dalam Majlis


tafsir mujadalah 11
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya; “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (al-Mujadalah (58) ; 11)
      Ayat ini merupakan lanjutan pembahasan akhlak dari ayat sebelumnya. Jika ayat sebelumnya berbicara tentang pembicaraan rahasia, maka ayat ini (di atas) menyangkut perbuatan dalam majlis. Mengenai turunnya ayat ini, ada riwayat yang menyatakan bahwa ayat ini turun pada haru jum’at. Saat itu Rasulullah sedang berada dalam suatu majlis bersama para sahabatnya. Di tengah pembicaraan, sahabat-sahabat yang terlibat perang badar datang sedangkan majlis telah penuh sesak dengan sahabat lainnya. Keadaan ini membuat sahabat yang baru datang tadi berdiri karena tidak ada tempat duduk lagi. Sahabat –yang ikut perang badr- terus berdiri sampai Nabi meminta sahabat-yang tidak ikut perang badr- untuk pindah ke tempat lainnya agar para sahabat bard dapat duduk dekat nabi.  Namun demikian, rupanya perintah nabi ini mengecilkan hati sahabat yang diminta berdiri itu dan situasi ini dimanfaatkan oleh orang munafik guna memecah belah persaudaraan Islam, mereka berkata “katanya Muhammad berlaku adil, ternyata tidak”. Mendengar perkataan ini Nabi bersabda “ Allah merahmati siapa yang memberi kelapangan bagi saudaranya”, dan ayat ini pun datang mengukuhkan sabda nabi tersebut.
Ayat ini memberi tuntunan pada kita tentang bagaimana cara menjalin hubungan keharmonisan dalam suatu majlis. Dalam suatu majlis, Allah memerintah kita untuk berusaha melapangkan tempat duduk bagi orang yang datang dalam majlis itu. Tidak boleh kita berlega-lega ria menghabiskan tempat sedang yang lain berdesak-desakan apalagi sampai orang lain tidak mendapatkan tempat duduk. Jika kita melakukannya dengan suka rela, niscaya Allah akan melapangkan segala sesuatu dalam hidup kita ini.
Adapun lafadz  يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ أَمَنُوْا مِنْكُمْ  maksudnya adalah bahwa Allah akan mengangkat orang mukmin yang melaksanakan segala perintahnya dengan memberikan kedudukan yang khusus, baik berupa pahala maupun keadilan-Nya. Singkatnya bahwa setiap orang mukmin dianjurkan agar memberikan kelapangan kepada sesama kawannya yang datang belakangan, atau apabila dianjurkan agar keluar meninggalkan majelis, maka segera tinggalkanlah tempat itu, dan jangan ada prasangka bahwa perintah tersebut akan menghilangkan haknya. Melainkan merupakan kesempatan yang dapat menambah kedekatan pada Tuhannya, karena Allah tidakakan menyia-nyiakan setiap perbuatan yang dilakukan hambanya. Melainkan akan diberikan balasan yang setimpal di dunia dan akhirat.
Sedangkan potongan ayat وَاللهُ بِمَا تَعءمَلُوْنَ خَبِيْرٌ maksudnya bahwa Allah mengetahui setiap perbuatan yang baik dan buruk yang dilakukan hamba-Nya, dan akan membalasnya amal tersebut. Orang yang baik akan di balas dengan kebaikan. Demikian pula orang yang berbuat buruk akan dibalas buruk atau diampuni-Nya.
            Inti serta pelajaran yang dapat diambil dari ayat ini
1.       Para sahabat berupaya ingin saling mendekat pada saat berada di majelis Rasulullah saw, dengan tujuan agar ia dapat mudah mendengar wejangan dari Rasulullah saw. Perbuatan sahabat ini memberi contoh agar kita senantiasa cinta pada ilmu dan berlomba-lomba mendapatkannya meski harus saling berdesak-desakan.
2.       Perintah untuk saling meluangkan dan meluaskan tempat ketika berada di majelis.
3.       Setiap orang yang memberikan kemudahan kepada hamba Allah yang ingin menuju pintu kebaikan dan kedamaian, Allah akan memberikan keluasan kebaikan di dunia dan akhirat.
Do’a, kafaratul majlis (penutup majlis)
سبحانك اللهم وبحمدك ، أشهد أن لا إله إلاَّ أنت ، أستغفرك وأتوب إليك
Sumber; - tafsi al-misbbah, Quraish shihab, Asbabun nuzul, K.H.Q. Shaleh, dkk, dan http://stitattaqwa.blogspot.com/2011/07/tafsir-qs-al-mujadalah-58-11.html

0 komentar:

Posting Komentar

Pengikut

About

Blogroll

Diberdayakan oleh Blogger.

Total Tayangan Halaman

Pages - Menu

Sabtu, 19 Mei 2012

Etika Dalam Majlis


tafsir mujadalah 11
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
Artinya; “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (al-Mujadalah (58) ; 11)
      Ayat ini merupakan lanjutan pembahasan akhlak dari ayat sebelumnya. Jika ayat sebelumnya berbicara tentang pembicaraan rahasia, maka ayat ini (di atas) menyangkut perbuatan dalam majlis. Mengenai turunnya ayat ini, ada riwayat yang menyatakan bahwa ayat ini turun pada haru jum’at. Saat itu Rasulullah sedang berada dalam suatu majlis bersama para sahabatnya. Di tengah pembicaraan, sahabat-sahabat yang terlibat perang badar datang sedangkan majlis telah penuh sesak dengan sahabat lainnya. Keadaan ini membuat sahabat yang baru datang tadi berdiri karena tidak ada tempat duduk lagi. Sahabat –yang ikut perang badr- terus berdiri sampai Nabi meminta sahabat-yang tidak ikut perang badr- untuk pindah ke tempat lainnya agar para sahabat bard dapat duduk dekat nabi.  Namun demikian, rupanya perintah nabi ini mengecilkan hati sahabat yang diminta berdiri itu dan situasi ini dimanfaatkan oleh orang munafik guna memecah belah persaudaraan Islam, mereka berkata “katanya Muhammad berlaku adil, ternyata tidak”. Mendengar perkataan ini Nabi bersabda “ Allah merahmati siapa yang memberi kelapangan bagi saudaranya”, dan ayat ini pun datang mengukuhkan sabda nabi tersebut.
Ayat ini memberi tuntunan pada kita tentang bagaimana cara menjalin hubungan keharmonisan dalam suatu majlis. Dalam suatu majlis, Allah memerintah kita untuk berusaha melapangkan tempat duduk bagi orang yang datang dalam majlis itu. Tidak boleh kita berlega-lega ria menghabiskan tempat sedang yang lain berdesak-desakan apalagi sampai orang lain tidak mendapatkan tempat duduk. Jika kita melakukannya dengan suka rela, niscaya Allah akan melapangkan segala sesuatu dalam hidup kita ini.
Adapun lafadz  يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ أَمَنُوْا مِنْكُمْ  maksudnya adalah bahwa Allah akan mengangkat orang mukmin yang melaksanakan segala perintahnya dengan memberikan kedudukan yang khusus, baik berupa pahala maupun keadilan-Nya. Singkatnya bahwa setiap orang mukmin dianjurkan agar memberikan kelapangan kepada sesama kawannya yang datang belakangan, atau apabila dianjurkan agar keluar meninggalkan majelis, maka segera tinggalkanlah tempat itu, dan jangan ada prasangka bahwa perintah tersebut akan menghilangkan haknya. Melainkan merupakan kesempatan yang dapat menambah kedekatan pada Tuhannya, karena Allah tidakakan menyia-nyiakan setiap perbuatan yang dilakukan hambanya. Melainkan akan diberikan balasan yang setimpal di dunia dan akhirat.
Sedangkan potongan ayat وَاللهُ بِمَا تَعءمَلُوْنَ خَبِيْرٌ maksudnya bahwa Allah mengetahui setiap perbuatan yang baik dan buruk yang dilakukan hamba-Nya, dan akan membalasnya amal tersebut. Orang yang baik akan di balas dengan kebaikan. Demikian pula orang yang berbuat buruk akan dibalas buruk atau diampuni-Nya.
            Inti serta pelajaran yang dapat diambil dari ayat ini
1.       Para sahabat berupaya ingin saling mendekat pada saat berada di majelis Rasulullah saw, dengan tujuan agar ia dapat mudah mendengar wejangan dari Rasulullah saw. Perbuatan sahabat ini memberi contoh agar kita senantiasa cinta pada ilmu dan berlomba-lomba mendapatkannya meski harus saling berdesak-desakan.
2.       Perintah untuk saling meluangkan dan meluaskan tempat ketika berada di majelis.
3.       Setiap orang yang memberikan kemudahan kepada hamba Allah yang ingin menuju pintu kebaikan dan kedamaian, Allah akan memberikan keluasan kebaikan di dunia dan akhirat.
Do’a, kafaratul majlis (penutup majlis)
سبحانك اللهم وبحمدك ، أشهد أن لا إله إلاَّ أنت ، أستغفرك وأتوب إليك
Sumber; - tafsi al-misbbah, Quraish shihab, Asbabun nuzul, K.H.Q. Shaleh, dkk, dan http://stitattaqwa.blogspot.com/2011/07/tafsir-qs-al-mujadalah-58-11.html


 
Template Indonesia | Goresan Tinta Malam
Aku cinta Indonesia